Selasa, 05 Juni 2012

TANGGUNG JAWAB

Kalau dipikir-pikir rusaknya bangsa ini karena rusaknya moral dari masyarakat di negeri ini. Coba kita renungkan, aksi demonstrasi anarkis yang belakangan ini sering merebak seiring rencana pemerintah yang menginginkan kenaikan harga BBM ( padahalkan masih ada SMS, gitu aja kok repot ^_^ ), sikap kita yang sering tidak mengindahkan keadaan disekitar kita, korupsi yang menggerogoti hampir seluruh sendi bangsa ini. Miris memang, tapi itulah potretan bangsa kita saat ini. yang apabila diumpakan dengan orang sakit kita ini sedang memasuki masa kritis.

Dalam beberapa bulan belakangan ini sempet terpikir bahwa ini semua kesalahan ini adalah tanggung jawab KEMENTRIAN AGAMA (Kemenag). Kenapa bisa begitu? Karena Kemenag sebagai penjaga moral bangsa ini telah gagal dalam menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Kemenag gagal menyiapkan individu-individu yang bermoral dan berakhlak baik. Secanggih apapun teknologi ataupun sistem diterapkan di Indonesia, bisa diperkirakan hasilnya akan gagal. Ambil contoh sederhananya, busway di kolombia menjadi solusi dari kemacetan bagi bogota tapi hal itu tidak berlaku di Indonesia tercinta ini.

Kali kita mau jujur, ini semua bermuara pada user atau kita sebagai manusia yang menjadi operator dari sistem tersebut. Pernah ada anekdot yang mengatakan bahwa Indonesia ini adalah negara anti teori. Mau teori sehebat apapun yang dapat diterapkan di bangsa lain, begitu diterapkan Indonesia pasti gagal. Kerusakan mental bangsa kita sudah parah.

Kita kembali ke Kemenag sebagai penjaga moral bangsa ini. Sebenarnya tidak arif juga bila kita menyalahkan Kemenag untuk semua ini. Lho kok bisa begitu??? Mari kita renungkan bersama, selama kita sekolah sampai kita kuliah berapa banyak sistem pendidikan kita yang diharapkan menjadi tulang punggung penyediaan manusia Indonesia menngakomodir pelajaran agama? sangat-sangat minim sekali. Di bangku sekolah, kita hanya mendapatkan 2 jam pelajaran/minggu untuk mata pelajaran Pendidikan Agama. Itu belum seberapa parah jika dibandingkan dengan apa yang didapat di bangku perkuliahan. Universitas biasanya hanya memeberi nilai 2 SKS untuk mata kuliah Agama. Klo sudah begini, apakah masih pantas kita menyalahkan Kemenag. Saya rasa tidak tepat bila kita menyalahkan Kemenag. Tapi memang sistem pendidikan yang kita anut memang jauh dari nilai-nilai moral dan agama. Jadi tidak salah apabila pendidikan banyak mencetak orang-orang seperti Gayus, Nazar ataupun Dhana.

Perlu kita ingat, bangsa ini pernah menjadi bangsa besar yang memainkan peran penting dalam percaturan dunia. Disaat bangsa ini dijajah dan tertindas, disitulah muncul tokoh-tokoh yang dicatat sejarah sebagai negarawan. Agus Salim, Natsir, Ki Hajar Dewantara, Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Ashari, HAMKA, Sri Sultan Hamengkubuwono IX sampai kepada bapak proklamator kiat Soekarno-Hatta. Mereka itu bukanlah orang-orang yang besar dari sistem pendidikan kita sekarang, tapi mereka adalah orang besar yang diciptakan dari sebuah sisitem pendidikan "sederhana". Pendidikan yang jauh dari nilai material dan keduniaan.

Rasanya sudah cukup bangsa ini terpuruk, sekarang saatnya kita bangkit dan menunjukkan besarnya bangsa kita. Mari semua kita awali dari sebuah kesederhanaan, sebuah nilai yang jauh dari gemerlap keduniaan yang fana. Mungkin para pendiri bangsa ini akan bersedih bila melihat bangsa yang mereka cita-citakan seperti ini.  Perasan keringat maupun titik darah mereka seolah tidak ada harganya lagi bagi kita