Rabu, 18 Februari 2015

Dewasalah

KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) sedang berada di titik nadir. Semua komisioner KPK dijadikan tersangka dalam kasus yang berbeda. Tidak cukup sampai disitu, 21 orang penyidiknyapun dijadikan tersangka dalam kasus kepemilikan senjata api ilegal dan ada pegawai KPK mendapatkan teror dari orang tidak dikenal. Itulah resiko yang harus mereka tanggung dari pekerjaan mereka di negara yang anti teori ini.

Tapi intinya bukan ini yang ingin dibahas, saya cuma ingin melihat masalah ini dari sudut pandang yang berbeda. Sebagai institusi pemerintah yang memerangi korupsi, kerja KPK memang mendapat banyak pujian dari berbagai pihak dan menimbulkan efek kecemasan bagi mereka yang ingin coba-coba atau belajar korupsi. Tapi di luar semua itu ada satu yang selalu mengusik benak saya. salah satu produk yang dihasilkan oleh KPK adalah survey integritas. Ya... SURVEY INTEGRITAS. Bagi saya pribadi,  ada yang tidak beres dengan hasil survey ini. Tingkat keakuratan hasilnya, bagi saya sangat tidak jelas.

Mengapa saya anggap tidak jelas? Sebelumnya saya ingin mengenalkan diri saya, sebagai seorang PNS yang bekerja di Kementerian Agama hasil survey ini selalu menyudutkan kami tanpa kami bisa melakukan pembelaan diri. Dengan hasil survey integritas, Kementerian Agama selalu dijadikan bahan "olok-olok" di masyarakat. Dalam survey tersebut yang dijadikan sample adalah pelayanan KUA. Harus diakui, dulu pelayana KUA itu menyebalkan, banyak pungli, pelayanannya gak ramah, pokoknya banyak minusnya daripada plusnya. Saya paham, kenapa mereka melakukan itu semua, karena ini masalah kesejahtraan yang terabaikan. Bisa kita bayangkan bersama, bagaimana susahnya seorang penghulu yang harus menikahkan calon pengantin di luar kantor? apalagi bila acara itu dilaksanakan dihari libur? klo kata anak sekarang "sakitnya tuh disini", lho kenapa memangnya? Seorang penghulu yang menikahkan calon pengantin di luar kantor segala macam biaya yang timbul dari acara tersebut tidak menjadi tanggungan negara. Jadi istilah kasarnya, IDL (Itu Derita Lu) kenapa mau nikahin di luar kantor.

Namun masa-masa suram itu telah sedikit berlalu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 48 tahun 2014 tentang biaya nikah di luar kantor. Bahwa biaya nikah itu ada 2 jenis. Rp0 dan Rp600.000,- tinggal masyarakat yang menentukan maua pakai cara yang mana. Sedikit demi sedikit, perubahan mulai terjadi. ketika PP itu baru terbit, masyarakat merasakan euforia tentang pelayanan pernikahan. Hasil pengamatan saya di salah satu KUA di Kota besar di pulau Jawa, ada kecendrungan masyarakat untuk menikah di Kantor KUA. Saya menjadi saksi penikahan sepasang calon pengantin tanpa biaya sepeserpun. Sebelum acara pernikahan di mulai saya sempatkan melakukan sedikit wawancara dan dia bilang dia tidak mengeluarkan uang sepeserpun. Dan saran saya, sebaiknya untuk mengurus pernikahan diurus langsung oleh calon pengantin TANPA PERANTARA... karena apa lebih baik di urus sendiri? Nanti akan dikasih tahu jawabannya

Selasa, 05 Juni 2012

TANGGUNG JAWAB

Kalau dipikir-pikir rusaknya bangsa ini karena rusaknya moral dari masyarakat di negeri ini. Coba kita renungkan, aksi demonstrasi anarkis yang belakangan ini sering merebak seiring rencana pemerintah yang menginginkan kenaikan harga BBM ( padahalkan masih ada SMS, gitu aja kok repot ^_^ ), sikap kita yang sering tidak mengindahkan keadaan disekitar kita, korupsi yang menggerogoti hampir seluruh sendi bangsa ini. Miris memang, tapi itulah potretan bangsa kita saat ini. yang apabila diumpakan dengan orang sakit kita ini sedang memasuki masa kritis.

Dalam beberapa bulan belakangan ini sempet terpikir bahwa ini semua kesalahan ini adalah tanggung jawab KEMENTRIAN AGAMA (Kemenag). Kenapa bisa begitu? Karena Kemenag sebagai penjaga moral bangsa ini telah gagal dalam menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Kemenag gagal menyiapkan individu-individu yang bermoral dan berakhlak baik. Secanggih apapun teknologi ataupun sistem diterapkan di Indonesia, bisa diperkirakan hasilnya akan gagal. Ambil contoh sederhananya, busway di kolombia menjadi solusi dari kemacetan bagi bogota tapi hal itu tidak berlaku di Indonesia tercinta ini.

Kali kita mau jujur, ini semua bermuara pada user atau kita sebagai manusia yang menjadi operator dari sistem tersebut. Pernah ada anekdot yang mengatakan bahwa Indonesia ini adalah negara anti teori. Mau teori sehebat apapun yang dapat diterapkan di bangsa lain, begitu diterapkan Indonesia pasti gagal. Kerusakan mental bangsa kita sudah parah.

Kita kembali ke Kemenag sebagai penjaga moral bangsa ini. Sebenarnya tidak arif juga bila kita menyalahkan Kemenag untuk semua ini. Lho kok bisa begitu??? Mari kita renungkan bersama, selama kita sekolah sampai kita kuliah berapa banyak sistem pendidikan kita yang diharapkan menjadi tulang punggung penyediaan manusia Indonesia menngakomodir pelajaran agama? sangat-sangat minim sekali. Di bangku sekolah, kita hanya mendapatkan 2 jam pelajaran/minggu untuk mata pelajaran Pendidikan Agama. Itu belum seberapa parah jika dibandingkan dengan apa yang didapat di bangku perkuliahan. Universitas biasanya hanya memeberi nilai 2 SKS untuk mata kuliah Agama. Klo sudah begini, apakah masih pantas kita menyalahkan Kemenag. Saya rasa tidak tepat bila kita menyalahkan Kemenag. Tapi memang sistem pendidikan yang kita anut memang jauh dari nilai-nilai moral dan agama. Jadi tidak salah apabila pendidikan banyak mencetak orang-orang seperti Gayus, Nazar ataupun Dhana.

Perlu kita ingat, bangsa ini pernah menjadi bangsa besar yang memainkan peran penting dalam percaturan dunia. Disaat bangsa ini dijajah dan tertindas, disitulah muncul tokoh-tokoh yang dicatat sejarah sebagai negarawan. Agus Salim, Natsir, Ki Hajar Dewantara, Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Ashari, HAMKA, Sri Sultan Hamengkubuwono IX sampai kepada bapak proklamator kiat Soekarno-Hatta. Mereka itu bukanlah orang-orang yang besar dari sistem pendidikan kita sekarang, tapi mereka adalah orang besar yang diciptakan dari sebuah sisitem pendidikan "sederhana". Pendidikan yang jauh dari nilai material dan keduniaan.

Rasanya sudah cukup bangsa ini terpuruk, sekarang saatnya kita bangkit dan menunjukkan besarnya bangsa kita. Mari semua kita awali dari sebuah kesederhanaan, sebuah nilai yang jauh dari gemerlap keduniaan yang fana. Mungkin para pendiri bangsa ini akan bersedih bila melihat bangsa yang mereka cita-citakan seperti ini.  Perasan keringat maupun titik darah mereka seolah tidak ada harganya lagi bagi kita 

Jumat, 16 Maret 2012

Rahasia Kehidupan

"Hidup adalah perjuangan tiada henti - henti, usah kau menangisi hari kemarin" - DEWA 19.


Sebuah kata inspiratif untuk tetap berpikir maju dan menghadapi hidup. Karena pada dasarnya, dalam kehidupan kita tidak mengenal pengulangan waktu. Tapi sayangnya, banyak dari kita yang berandai-andai dapat mengulang waktu. "Coba waktu itu gw begini atau andai saat itu g ambil kesempatan itu" sebuah kata yang sering terucap sebagai bentuk penyesalan atas apa yang telah terjadi.

Tidak ada salahnya kita menyesal atas suatu pilihan yang yang tidak kita inginkan, tapi tetap menjalankan keputusan yang telah kita pilih tersebut adalah suatu keberanian yang harus dipupuk dan diperjuangkan. Kita tidak boleh terpuruk atas pilihan yang telah kita buat. Menyalahkan orang lain atas kesalahan pilihan kita, hanya ada bagi seorang PENGECUT.

Kalau dulu saya pernah menyesal terlambat belajar bahasa Inggris, tetapi sekarang saya bahagia karena saya telat tung mempelajari bahasa Inggris. Ternyata Sang Pencipta telah menyiapkan sesuatu yang lebih indah dari yang dibayangkan sebelumnya. Hanya dengan bersyukur kita dengan apa yang telah kita peroleh, akan membuat penyesalan diri itu akan hilang dengan sendirinya.

So, tetap optimis menjalani hidup adalah kunci kesuksesn semua orang. Never give up pal...